MENJADI
MANUSIA YANG PENUH DENGAN TANGGUNG JAWAB
Manusia , tumbuhan , dan hewan adalah makhluk dimuka bumi
ini yang diciptakan maha pencipta untuk melakukan tugasnya dan mengabdi
kepadanya. kenapa demikian ? jelas tujuan kita hidup didunia adalah mencari pahala
sebanyak-banyaknya untuk menempatkan diri kelak disurga.
bagaimana caranya ? yaitu dengan bertanggung jawab dengan
dunia maupun diakhirat. bertanggung jawab kepada dunia bisa meliputi kita
bertanggung jawab diri sendiri, bertanggung jawab kepada oranglain, dan
orangtua kita.
--> Definisi Tanggung jawab kepada diri sendiri itu
adalah tanggung jawab yang ditunjukkan untuk dirinya sendiri, khususnya yaitu
tanggung kepada cita-cita kita dimasa depan. Tanpa adanya tanggung jawab pasti
cita-cita itu akan sulit untuk dicapai. Selain kepada cita-cita, kita juga
harus bisa magatur diri kita sendiri agar sesuai dengan cita-cita yang kita
inginkan. Tanggung jawab itu sangat penting sekali dalam kehidupan karena
tanggung jawab akan mencerminkan diri kita sendiri di hadapan orang banyak.
Memang cukup sulit untuk bisa memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi. itu
semua dapat timbul tergantung pada diri kita masing-masing, jika kita ada niat
untuk menanamkan rasa tanggung jawab dalam diri kita sendiri. Pasti kita akan
mendapat kepercayaan dari orang banyak, dan kita juga harus bisa menjaga
kepercayaan seseorang dengan rasa tanggung jawab yang tinggi.
Tanggung jawab kepada orang lain dan lingkungan (sosial) di
mana kita hidup. Kita ketahui bersama bahwa manusia adalah mahluk yang
membutuhkan orang lain dalam hidupnya untuk pengembangan dirinya. Dengan kata
lain, kita mempunyai kewajiban-kewajiban moral terhadap lingkungan sosialnya.
Kita sadar bahwa kalau kita tidak melaksanakan tanggung jawab terhadap orang
lain, tidak pantas bagi kita menuntut orang lain untuk bertanggung jawab pada
kita. Kalau kita tidak berlaku adil pada orang lain, jangan harap orang lain
akan berbuat adil pada kita.dan yang terakhir yaitu tanggung jawab dengan
orangtua. ini adalah tanggung jawab yang cukup besar yaitu membahagiakan orang
tua. bagaimana caranya ? saya ambil dari perkataan Ustadz Yazid bin Abdul Qadir
Jawas / http://blog.re.or.id/bentuk-bentuk-berbakti-kepada-orang-tua.htm yaitu
:
Pertama.
Bergaul dgn kedua dgn cara yg baik. Di dalam hadits Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam disebutkan bahwa memberikan kegembiraan kpd
seorang mu’min termasuk shadaqah, lebih utama lagi kalau memberikan kegembiraan
kpd kedua orang tua kita.Dalam nasihat perkawinan dikatakan agar suami
senantiasa beruntuk baik kpd istri, maka kpd kedua orang tua hrs lebih dari kpd
istri. Karena dia yg melahirkan, mengasuh, mendidik dan banyak jasa lain kpd
kita.
Kedua
Yaitu berkata kpd kedua dgn perkataan yg lemah lembut.
Hendak dibedakan berbicara dgn kedua orang tua dan berbicara dgn anak, teman
atau dgn yg lain. Berbicara dgn perkataan yg mulia kpd kedua orang tua, tdk
boleh mengucapkan ‘ah’ apalagi mencemooh dan mencaci maki atau melaknat kedua
karena ini merupakan dosa besar dan bentuk kedurhakaan kpd orang tua. Jika hal
ini sampai terjadi, wal iya ‘udzubillah.
Kita tdk boleh berkata kasar kpd orang tua kita, meskipun
kedua beruntuk jahat kpd kita. Atau ada hak kita yg ditahan oleh orang tua atau
orang tua memukul kita atau kedua belum memenuhi apa yg kita minta (misal biaya
sekolah) walaupun mereka memiliki, kita tetap tdk boleh durhaka kpd keduanya.
Ketiga
Tawadlu (rendah diri). Tidak boleh kibir (sombong) apabila
sudah meraih sukses atau mempunyai jabatan di dunia, krn sewaktu lahir kita
berada dalam keadaan hina dan membutuhkan pertolongan. Kedua orang tualah yg
menolong dgn memberi makan, minum, pakaian dan semuanya.
Seandai kita diperintahkan untuk melakukan pekerjaan yg kita
anggap ringan dan merendahkan kita yg mungkin tdk sesuai dgn kesuksesan atau
jabatan kita dan bukan sesuatu yg haram, wajib bagi kita untuk tetap taat kpd
keduanya. Lakukan dgn senang hati krn hal tersebut tdk akan menurunkan derajat
kita, krn yg menyuruh ialah orang tua kita sendiri. Hal itu mrpk kesempatan
bagi kita untuk beruntuk baik selagi kedua masih hidup.
Keempat
Yaitu memberikan infak (shadaqah) kpd kedua orang tua. Semua
harta kita ialah milik orang tua. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala surat
Al-Baqarah ayat 215.
“Arti : Mereka berta kpdmu tentang apa yg mereka infakkan.
Jawablah, “Harta yg kamu nafkahkan hendaklah diberikan kpd ibu bapakmu, kaum
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yg sedang dalam
perjalanan. Dan apa saja kebajikan yg kamu peruntuk sesungguh Allah maha
mengetahui”
Jika seseorang sudah berkecukupan dalam hal harta hendaklah
ia menafkahkan yg pertama ialah kpd kedua orang tuanya. Kedua orang tua
memiliki hak tersebut sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surat
Al-Baqarah di atas. Kemudian kaum kerabat, anak yatim dan orang-orang yg dalam
perjalanan. Beruntuk baik yg pertama ialah kpd ibu kemudian bapak dan yg lain,
sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut.
“Arti : Hendaklah kamu beruntuk baik kpd ibumu kemudian
ibumu sekali lagi ibumu kemudian bapakmu kemudian orang yg terdekat dan yg
terdekat” [Hadits Riwayat Bukhari dalam Adabul Mufrad No. 3, Abu Dawud No. 5139
dan Tirmidzi 1897, Hakim 3/642 dan 4/150 dari Mu’awiyah bin Haidah, Ahmad 5/3,5
dan berkata Tirmidzi, “Hadits Hasan”]
Sebagian orang yg telah menikah tdk menafkahkan harta lagi
kpd orang tua krn takut kpd istrinya, hal ini tdk dibenarkan. Yang mengatur
harta ialah suami sebagaimana disebutkan bahwa laki-laki ialah pemimpin bagi
kaum wanita. Harus dijelaskan kpd istri bahwa kewajiban yg utama bagi anak
laki-laki ialah berbakti kpd ibu (kedua orang tuanya) setelah Allah dan
Rasul-Nya. Sedangkan kewajiban yg utama bagi wanita yg telah bersuami setelah
kpd Allah dan Rasul-Nya ialah kpd suaminya. Ketaatan kpd suami akan membawa ke
surga. Namun demikian suami hendak tetap memberi kesempatan atau ijin agar
istri dpt berinfaq dan beruntuk baik lain kpd kedua orang tuanya.
Kelima
Mendo’akan orang tua. Sebagaimana dalam ayat “Robbirhamhuma
kamaa rabbayaani shagiiro” (Wahai Rabb-ku kasihanilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku diwaktu kecil). Seandai orang tua
belum mengikuti dakwah yg haq dan masih beruntuk syirik serta bid’ah, kita hrs
tetap berlaku lemah lembut kpd keduanya. Dakwahkan kpd kedua dgn perkataan yg
lemah lembut sambil berdo’a di malam hari, ketika sedang shaum, di hari Jum’at
dan di tempat-tempat dikabulkan do’a agar ditunjuki dan dikembalikan ke jalan
yg haq oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Apabila kedua orang tua telah meninggal maka :
Yang pertama : Kita lakukan ialah meminta ampun kpd Allah
Ta’ala dgn taubat yg nasuh (benar) bila kita pernah beruntuk durhaka kpd kedua
orang tua sewaktu mereka masih hidup.
Yang kedua : Adalah mendo’akan kedua orang tua kita.
Dalam sebuah hadits dla’if (lemah) yg diriwayatkan oleh Ibnu
Majah dan Ibnu Hibban, seseorang pernah berta kpd Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam.
“Apakah ada suatu kebaikan yg hrs aku peruntuk kpd kedua
orang tuaku sesudah wafat kedua ?” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
“Ya, kamu shalat atas keduanya, kamu istighfar kpd keduanya, kamu memenuhi
janji keduanya, kamu silaturahmi kpd orang yg pernah dia pernah silaturahmi kpd
dan memuliakan teman-temannya” [Hadits ini dilemahkan oleh beberapa imam ahli
hadits krn di dalam sanad ada seorang rawi yg lemah dan Syaikh Albani
Rahimahullah melemahkan hadits ini dalam kitab Misykatul Mashabiih dan juga
dalam Tahqiq Riyadush Shalihin (Bahajtun Nazhirin Syarah Riyadush Shalihin Juz
I hal.413 hadits No. 343)]
Sedangkan menurut hadits-hadits yg shahih tentang amal-amal
yg diperuntuk untuk kedua orang tua yg sudah wafat, ialah :
[1] Mendo’akannya
[2] Menshalatkan ketika orang tua meninggal
[3] Selalu memintakan ampun untuk keduanya.
[4] Membayarkan hutang-hutangnya
[5] Melaksanakan wasiat yg sesuai dgn syari’at.
[6] Menyambung tali silaturrahmi kpd orang yg kedua juga
pernah menyambungnya
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar