MAKALAH
NAMA KELOMPOK :
FAJAR DWI WINANTO (18111673)
RIO AKBAR BHASKORO (16111241)
KELAS : 2KA36
MATA KULIAH : TEORI ORGANISASI UMUM 2#
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN
TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA
Teori
Perilaku konsumen
Pada
dasarnya menjelaskan bagai mana konsumen menggunakan sumber daya yang ada
(uang) dalam rangka memuaskan keinginan/kebutuhan dari beberapa suatu produk.
Penilaian kepuasan pada umumnya bersifat subjektif bagi pemakai langsung maupun
bagi penilai. Secara teori, tingkah laku konsumen untuk memuaskan diri dapat dijelaskan melalui
2 teori nilai guna yaitu
Pertama
: teori nilai guna konvesional yang terdiri atas teori nilai guna kardinal
(TNGK).
kedua : tori nilai guna syariah.
kedua : tori nilai guna syariah.
Teori nilai guna
syariah adalah teori nilai guna yang menjelaskan nilai guna suatu barang dalam
kerangka ajaran dan prinsip2 syariah (petunjuk
hakiki dalam ajaran agama-agama samawi).
1.1.
Teori Nilai Guna Kardinal
(TNGK)
Teori
nilai guna kardinal memberikan penilaian subjektif akan pemuasan kebutuhan dan
suatu barang, artinya tinggi rendahnya suatu barang tergantung dari subjek yang
memberikan penilaian, dengan kata lain suatu barang akan memberikan nilai guna
yang tinggi bila barang yang dimaksud memberikan daya guna yang tinggi bagi
sipemakai.
Berapa
asumsi yang harus dipenuhi oleh teori ini :
- Daya
guna diukur dalam satuan uang, yaitu jumlah uang yang bersedia dibayar
oleh konsumen dalam rangka menambah unit yang akan dikonsumsi.
- Daya
guna marjinal dari uang tetap, yaitu nilai satu uang dalam satuannya
adalah sama untuk setiap orang tanpa memandang statusnya.
- Addivitas,
yaitu keseluruhan konsumsi dari barang X1 -> Xn atau U = U(x1)+U(X2)
+..U(Xn+1) atau TU = Tn(X)+Tn(Y)....
- Daya
guna bersifat independent, yaitu daya guna barang X1 tidak dipengaruhi
oleh mengkonsumsi barang lain misalnya X2.
- Periode
konsumsi berdekatan, yaitu teori yang mengambil pengalaman sehari-hari
dari kegiatan konsumsi.
1.1.1.
TNGK untuk 1 macam barang
Mengkonsumsi
1 macam barang dikenal dengan istilah kepuasan total (TU=Total Utility) yaitu
kepuasan total sebagai akibat dari mengkonsumsi sejumlah barang dengan kepuasan
marginal (MU = Marginal Utility) yaitu tambahan sebagai akibat dari menambah
unit input/barang sebagai faktor pemuas.
Untuk
pemuasan kebutuhan terhadap suatu barang, maka secara sederhana adalah bila
konsumen dapat membelanjakan uangnya untuk mendapatkan jumlah barang yang
terbanyak, yaitu konsumen hanya akan meneluarkan/membelanjakan uangnya sesuai
dengan kepuasan maksimum yang diharapkan (ingat asas rasionalitas), atau secara
matematisnya :
Bila
Px adalah harga barang X1 dan X adalah barangnya, U adalah utilitasnya, maka :
U(X)
= PxX atau U(X) – PxX = D(X), dimana D(X) adalah fungsi permintaan barang X,
maka secara deferensial dapat dicari turunan pertama dari X dan memisalkan
turunan pertama itu sama dengan 0 (syarat optimum).
1.1.2.
TNGK untuk 2 macam barang
![]() |
![]() |
Beberapa
asusmsi/asas yang mendasari teori nilai guna ordinal yaitu :
- Rasionalitas,
yaitu konsumen akan meningkatkan kepuasannya atau akan memilih tingkat
kepuasan yang tertinggi yang bisa dicapainya.
- Konveksitas,
yaitu garis kurva indifference haruslah kontinyu.
- Nilai
gna tergantung dari jumlah barang yang dikonsumsi.
- Transivitas,
yaitu konsumen akan menjatuhkan pilihan yang terletak dari beberapa
pilihan yang terbaik dari beberapa pilihan.
- Berdasarkan
asas/asumsi ke d, maka kurva indifference tidak boleh bersinggungan atau
saling berpotongan.
1.2.
Teori Nilai Guna Ordinal (TNGO)
Teori ordinal disebut juga dengan pendekatan kurva indifferensi atau
indifference curve, menurut teori ini utility tidak dapat dihitung tetapi hanya
bisa dibandingkan.
- Kurva indifferensi
Merupakan tempat kedudukan titik-titik yang menunjukkan kombinasi
barang-barang yang dikonsumsi (2 barang) seorang konsumen yang memberikan kepuasan
yang sama.
Asumsi-sumsi kurva indifferensi :
· Semakin jauh kurva indifferensi dari titik orgin, semakin tinggi
tingkat kepuasannya.
· Kurva indifferensi menurun dari kiri atas ke kanan bawah (downward
sloping) dan (convex to orgin) cembung ke titik orgin.
· Kurva indifferensi.
- Kurva garis anggaran (Budget Line
Curve)
Garis anggaran adalah kurva
yang menunjukkan kombinasi konsumsi dua macam barang yang membutuhkan biaya
(anggaran) yang sama besar.
- Keseimbangan konsumen
Kondisi keseimbangan adalah kondisi dimana konsumen telah
mengalokasikan seluruh pendapatannya untuk konsumsi. Segara grafis kondisi
keseimbangan tercapai pada saat kurva garis anggaran bersinggungan kurva
indifferensi.
- Efek pendapatan dan Efek substitusi
Ketika kita mengatakan bahwa jika harga barang turun maka permintaan
terhadapnya bertambah atau sebaliknya, yang terlihat sebenarnya adalah total
interaksi antara kekuatan pengaruh perubahan pendapatan dan perubahan harga,
terhadap keseimbangan konsumen. Bahwa dengan turunnya harga barang maka
konsumen merasa pendapatan rielnya, sehingga konsumen cendrung meningkatkan
konsumsi barang-barang yang dikonsumsinya, inilah yang disebut Efek Pendapatan. Dengan turunnya harga
barang konsumsen cendrung untuk mengkonsumsi barang yang harganya relatif murah
guna menggantikan barang-barangg yang harganya relatif lebih mahal, dan yang
terakhir ini yang disebut Efek
Substitusi.
Perilaku Konsumen
2.1.
Pendekatan
Perilaku Konsumen
Pendekatan
untuk mempelajari tingkah laku konsumen ada 2 :
1. Pendekatan
Marginal Utility (Cardinal), beranggapan bahwa kepuasan konsumen dapat diukur
dengan satu satuan, misalnya uang.
2. Pendekatan
Indifference Curve (Ordinal) yang beranggapan bahwa kepuasan konsumen tidak
dapat diukur dengan satu satuan. Tingkat kepuasan konsumen hanya dapat
dinyatakan lebih tinggi atau lebih rendah. Dalam pendekatan Marginal Utility
digunakan anggapan sebagai berikut :
a. Utility
bisa diukur dengan uang.
b. Hukum
Gossen (The Law Of Diminishing Returns) berlaku yang menyatakan bahwa “semakin
banyak suatu barang dikonsumsi, maka tambahan kepuasan yang diperoleh dari
setiap satuan tambahan yang dikonsumsikan akan menurun”.
c. Konsumen
berusaha memaksimumkan kepuasan.
Total
Utility adalah seluruh kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi sejumlah
barang tertentu. Marginal Utility adalah tambahan atau pengurangan kepuasan
sebagai akibat dari pertambahan atau pengurangan satu unit barang tertentu.
2.2. Surplus Konsumen
Surplus
konsumen adalah kelebihan antara kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi
barang dengan pembayaran untuk memperoleh barang tersebut.
Elastisitas
adalah ukuran derajat kepekaan jumlah permintaan terhadap perubahan salah satu
faktor yang mempengaruhi.
Elastisitas
dibagi menjadi :
1. Price
Elasticity (Elastisitas Harga) adalah % perubahan kwantitas barang yang diminta
sebagai akibat dari perubahan harga barang tersebut.
2.3.
Elastisitas Permintaan
2.3.1. Pengertian, macam dan model
elastisitas permintaan (Ed)
Elastisitas menunjukkan kepekaan suatu besaran tertentu terhadap
perubahan suatu besaran lainnya. Elastisitas menunjukkan suatu keseimbangan
dari suatu pemakaian produk baik dari penawaran dan permintaan.
Dalam hal ini kita akan membahas dua jenis elastisitas yaitu :
- Elastisitas
permintaan (Ed)
Derajat
(dalam satuan angka) kepekaan dari permintaan suatu barang terhadap perubahan
harga barang yang dimaksud. Atau ratio antara persentase perubahan permintaan
terhadap persentase perubahan harga.
Secara teoritis jenis elastisitas
permintaan yang berhubungan dengan hukum permintaan harga terdiri atas 3 macam
yaitu yang bersifat elastis, inelastis dan uniter, yang dapat dijelaskan
sebagai berikut ;
- Ed
= 1, ini dinamakan Uniter elastis,
artinya bila harga naik/turun sebanyak 1% maka permintaan akan turun/naik
sebanyak 1% pula (persentase perubahan jumlah yang diminta sama dengan
persentase perubahan harga).
- Ed
> 1, dinamakan elastis,
artinya bila harga naik/turun sebesar 1%, maka permintaan akan turun/naik
lebih dari 1% (presentase perubahan jumlah yang diminta lebih besar dari
pada persentase perubahan harga => permintaan sangat peka terhadap
perubahan harga).
- Ed
< 1, dinamakan inelastis,
artinya bila harga naik/turun 1% maka permintaan akan turun/naik kurang
dari 1%. (persentase perubahan jumlah yang diminta lebih kecil dari pada
persentase perubahan harga => permintaan tidak peka terhadap =>
permintaan tidak peka terhadap perubahan harga).
- Ed
= 0, dinamakan inelastis sempurna,
yaitu bila perintaan tidak tanggap terhadap perubahan harga, jadi berapa
saja harga dipasar, jumlah yang diminta tetap (kurva permintaan sejajar
dengan sumbu vertikal (sumbu harga), pada kondisi inelastisitas sempurna
produsen akan bisa berbuat semena-mena dipasar karena ia bisa saja kapan
waktu menaikan harga untuk meningkatkan pemasukan, oleh karenanya dalam
kondisi seperti ini, maka pemerintah “diwajibkan” untuk turun serta dalam
menetapkan harga patokan tertinggi (kondisi pasar kebijakan pemerintah –
persaingan tidak sempurna).
- Ed
= (tak hingga), ini dinamakan elastis
sempurna, yaitu bila konsumen sanggup meembeli berapa saja banyaknya
jumlah barang yang ditawarkan pada tingkat harga tertentu (kurva
permintaan sejajar dengan sumbu horizontal). Pada kondisi permintaan
bersifat elastis sempurna harga keseimbangan pasarlah yang berlaku
seterusnya, produsen tidak bisa semena-mena menaikan harga (price taker)
karena konsumen menguasai informasi.
Adapun
model matematis untuk mengukur koefisien
elastisitas permintaan adalah :


2.3.2. Faktor yang mempengaruhi nilai
elastisitas permintaan (Ed)
Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi Ed yang menyebabkan terjadinya perbadaan
nilai elastisitasnya yaitu :
- Adanya barang
subtitusi. Barang subtitusi adalah barang yang
memiliki manfaat dan kegunaan yang hampir sama dengan barang utamanya.
Misalkan jagung adalah subtitusi beras. Barang subtitusi ada yang biasa
ada juga yang kadang disebut subtitusi dekat. Barang subtitusi dekat
adalah barang yang fungsi dan kegunaannya sama hanya mungkin berbeda
merek, kemasan dan pelayanan.
- Persentase
pendapatan yang digunakan/jenis barang. Seorang
konsumen akan memberikan porsi yang besar dari pendapatannya untuk membeli
barang yang biasa digunakan sehari-hari (sudah menjadi kebutuhan),
sementara untuk barang yang masih bisa ditunda porsi dari pendapatan
untuknya kecil. Jadi bila barang yang dimaksud tersebut adalah barang yang
dibutuhkan atau dengan kata lain sebagian besar pendapatan dipergunakan
untuk mendapatkan barang yang dimaksud maka semakin elatislah
perminaannya.
- Jangka waktu
analisa/perkiraan atau pengetahuan konsumen.
Dalam jangka pendek terjadinya perubahan permintaan, hal ini disebabkan
perubahan yang terjadi dipasar beluum diketahui konsumen, sehingga dalam
jangka pendek permintaan cenderung tidak elastis.
- Tersedianya
fasilitas/sarana kredit. Meskipun harga
barang telah diketahui naik, sementara pendapatan tidak mencukupi,
permintaan barang tersebut relatif akan tetap bila ada fasilitas kredit
dari penjual/produsen, sebaliknya bila harga barang yang dimaksud turun,
maka permintaan atas barang tersebut tidak akan naik apa bila fasilitas
kredit untuk barrang substitusi ada. Dengan demikian bila terdapat
fasilitas kredit maka elastisitas cenderung inelastis atau elastis
sempurna.
2.3.3. Elastis pendapatan terhadap
permintaan Income Elasticity of Demand (Ey)
Pendapatan
adalah faktor utama yang menentukan permintaan, selain harga tentunya. Secara
teoritis bila pendapatan berubah, permintaan tidak akan serta merta berubah
meskipun harga berubah, misalnya permintaan tidak akan turun meskipun harga
naik. Bila pendapatan naik saat harga naik, permintaan malah bertambah naik
atau bahkan permintaan turun seperti yang berlaku pada hukum permintaan.





2.3.4. Elastisitas permintaan Silang
(permintaan atas 2 macam barang)
Elastis
Silang (Cross Elastisity-Ec) adalah koefesien yang coba mengukur tarik menarik
antara kedua macam barang pada berbagai tingkat harganya masing-masing. Yang
dimaksud dengan tarik menarik adalah berapakah besarnya efek yang ditimbulkan
oleh naiknya harga barang x terhadap permintaan barang y atau sebaliknya.
2.4. Elastisitas Penawaran
2.4.1. Pengertian, macam, dan model
Elastisitas Penawaran (Es)
Dalam
teori permintaan dan konsep elastisitasnya, diketahui bahwa bila permintaan
elastis maka menaikan harga adalah langkah yang kurang tepat. Sebaliknya dalam
kondisi permintaan yang inelastis menurunkan harga juga bukan langkah yang
bijak. Sebenernya yang menentukan menaikan atau menurunkan harga adalah
produsen.
Elastisitas
Penawaran adalah derajat kepekaan perubahan harga terhadap perubahan jumlah
barang yang ditawarkan, atau nilai bagi antara persentase perubahan jumlah yang
ditawarkan dengan presentase perubahan harga.
Contoh
soal :
1. Jika
suatu harga TV Rp. 8 maka permintaan terhadap TV 5, jika harga TV turun menjadi
Rp. 5 maka permintaan terhadap TV naik menjadi 10 maka kurva yang dihasilkan
adalah ?





Sumber
:
Produsen dan Fungsi
Produksi
Produsen dalam ekonomi adalah orang yang menghasilkan barang dan
jasa untuk dijual atau dipasarkan. Orang yang memakai atau memanfaatkan barang
dan jasa hasil produksi untuk memenuhi kebetuhan adalah konsumen.
Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah
nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat
dalam memenuhi kebutuhan. Kegiatan menambah daya guna suatu benda tanpa
mengubah bentuknya dinamakan produksi jasa. Sedangkan kegiatan menambah daya
guna suatu benda dengan mengubah sifat dan bentuknya dinamakan produksi barang.
Produksi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk mencapai kemakmuran.
Kemakmuran dapat tercapai jika tersedia barang dan jasa dalam jumlah yang
mencukupi.
Fungsi produksi adalah suatu bagian fungsi yang ada pada perusahaan
yang bertugas untuk mengatur kegiatan-kegiatan yang diperlukan bagi terselenggaranya
proses produksi. Dengan mengatur kegiatan itu maka diharapkan proses produksi
akan berjalanlancar dan hasil produksi pun akan bermutu tinggi sehingga dapat
diterima oleh masyarakat pemakainya. Bagian produksi dalam menjalankan tugasnya
tidaklah sendirian akan tetapi bersama-sama dengan bagian-bagian lain seperti
bagian pemasaran, bagian keuangan serta bagian akuntansi. Oleh karena itu
haruslah diadakan koordinasi kerja agar semua bagian dapat berjalan seiring dan
seirama dan dapat dihindarkan benturan – benturan kepentingan antar bagian
dalam perusahaan.
Tugas utama dari bagian produksi dalam kaitannya dengan pencapaian
tujuan perusahaan secara umum adalah berusaha mencapai biaya produksi yang
rendah, mutu produk yang tinggi, tanggapan yang cepat atas permintaan, dan
fleksibilitas untuk membuat beragam barang yang sesuai dengan selera dan
spesifikasi pelanggan (Amirullah, 2002) .
Fungsi-fungsi operasi yang akan dibahas di sini meliputi;
1) perencanaan dan desain produk
2) perencanaan kapasitas produk
3) perencanaan layout pabrik
4) Perencanaan Layout Mesin-mesin Pabrik
5) Perencanaan Bahan Baku
Mengoptimalkan /
Memaksimalkan Produksi
Adalah
hal yang lumrah dan lazim bila perusahaan dalam operasionalisasinya selalu
berusaha mendapatkan hasil terbaik terutama dalam pemanfaatan dana untuk
produksi. Ukuran dari hebatnya seorang manajer perusahaan adalah bagaimana
menggunakan dana yang dibatasi untuk menghasilkan barang secara efektif dan
efisien (bukan selalu untung). Secara teoritis dalam teori produksi yang
mempergunakan 2 variabel input bebas mengajarkan dua macam cara untuk
mengoptimalkan produksi yaitu : dengan cara Mengoptimalkan Produksi (maksimum
produksi) dan Mengoptimumkan Biaya (minimum biaya).
1. Optimum
Produksi
Bila
perusahaan telah memiliki dana untuk memproduksi, harga 2 faktor input telah
diketahui dan kombinasi faktor input telah ditetapkan maka tujuan perusahaan
adalah berapa banyak barang yang bisa dihasilkan agar bisa mencapai kondisi
paling optimum. Dalam hal ini yang menjadi kendala (constraint) adalah biaya
(ISOCOST) sedangkan tujuannya adalah produksi (ISOQUANT).
2. Minimum
Biaya
Bila
perusahaan telah menentukan berapa banyak jumlah produksi yang harus dihasilkan
berdasarkan kombinasi 2 faktor produksi yang ditetapkan, harga faktor produksi
telah juga diketahui maka tujuan utama perusahaan adalah menentukan berapa
besar dana yang harus disediakan agar produksi mencapai kondisi optimum (biaya
yang dikeluarkan benar – benar efektif dan efisien). Dalam hal ini yang menjadi
fungsi tujuan adalah ISOCOST sedangkan yang menjadi kendala adalah fungsi
ISOQUANT.
Terdapat
persoalan yang relative sulit bagi perusahaan bila harus diperhadapkan pada
menentukan biaya yang efisien dan efektif (paling optimal) untuk menandai
produksi dengan menggunakan kombinasi 2 input. Sepanjang kurva ISOQUANT tidak
diketahui kombinasi mana yang paling pas, karena semuanya menghasilkan jumlah
yang sama, sedangkan pada garis ISOCOST tidak bisa ditentukan di mana biaya
yang paling optimal atas penggunaan sejumlah input. Dalam bahasa matematis
sepanjang garis yang tidak memiliki titik belik maka tidak akan memiliki titik
maksimum. Akan tetapi bila kedua garis ISOCOST dan ISOQUANT itu di kombinasikan
maka yang terjadi adalah :
1.
Bisa saja sepanjang garis ISOQUANT akan berimpit dengan ISOCOST. Bila ini
terjadi maka sepanjang kurva ISOQUANT semua produksi optimum karena biaya yang
disediakan dapat menandai semua pilihan kombinasi produksi, tapi ini sangat
jarang terjadi karena adalah sangat sukar membuat beberapa pilihan kombinasi
produksi, tapi ini sangat jarang terjadi karena adalah sangat sukar membuat
beberapa pilihan dari kombinasi factor produksi cocok dengan jumlah dana yang
dimiliki. Bila kondisi ini digambarkan hasilnya adalah sebagai berikut :
ISOCOST
dan ISOQUANT yang saling berimpit
Secara
sistematis kejadian ini bisa terjadi apabila nilai/besaran variable fungsi
produksi sama dengan besaran variable biaya, input yang satu tidak bergantung
pada satu input yang lain sebagainya. Misalkan C = 20TK + 10M, maka Q = 20TK +
10M, bila C = Q
2.
Hanya ada satu kombinasi yang paling optimum yaitu manakala garis ISOCOST
bersinggungan dengan garis ISOQUANT di satu titik (dalam bahasa matematisnya
titik optimum akan diketahui bila gradient/slope dari 2 garis tersebut sama, ml
= m2)
Kejadian
no.2 ini membutuhkan pendekatan matematis yang relative rumit namun masih dalam
skala sederhana karena bisa hitung dengan metode subtitusi atau metode lagrange
(lagrange adalah orang pertama yang membuktikan dengan model matematisnya bahwa
di suatu tempat di bumi ini ada yang tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi)
Menghitung dan Memilih
Biaya yang paling Optimum
Biaya
menurut prinsip ekonomi dari Mankiw adalah apa yang dikorbankan untuk
mendapatkan sesuatu. Dalam pengertian ini tergantung di dalamnya pengertian
investasi. Dalam pengertian sehari – hari biaya sering disama artikan dengan
ongkos, padahal dalam tata praktek keuangan dan akuntansi apalagi dalam
pengertian ekonomi (secara keseluruhan) pengertian itu jelas beda. Biaya sering
berhubungan dengan pengeluaran yang mengharapkan kontraprestasi adri tujuannya,
dan biasanya hasilnya baru bisa dinikmati dimasa depan yang akan datang. Sedangkan
ongkos (expenses) sering berhubungan dengan pengeluaran sebagai imbal jasa
karena sudah memanfaatkan sesuatu barang atau jasa saat itu juga.
Macam
– macam Biaya
Secara teoritis biaya ekonomi
dipandang dari sisi waktu dapat digolongkan menjadi 2 saja yaitu biaya jangka
pendek dan biaya jangka panjang. Tidak ada hal mendasar dari perbedaan rentang
waktu ini kecuali bahwa dalam jangka panjang secara teoritis semua biaya
digolongkan sebagai biaya variabel. Dari sisi pemanfaatannya biaya digolongkan
menjadi 2 macam yaitu :
- Biaya
Explisit yaitu biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan faktor – faktor
produksi. Pengertian ini jelas sudah sering dibahas pada teori pilihan produsen
yaitu pada kondisi dimana biaya adalah merupakan fungsi tujuan perusahaan.
- Biaya
Implisit. Pengertian biaya implisit merujuk pada definisi matematika yaitu
biaya taksiran yang dimiliki oleh faktor produksi apabila digunakan.
Berdasarkan
pertanggungjawabannya, biaya digolongkan menjadi 2 macam yaitu biaya internal
dan biaya eksternal. Biaya Internal adalah biaya yang dikeluarkan dalam rangka
operasional perusahaan (eksplisit maupun implisit). Biaya Eksternal adalah
biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan sehubungan dengan dampak atau
akibat opersasional perusahaan.
Dipandang
dari sisi waktu biaya dalam jangka pendek dikelompokkan menjadi :
1. Biaya
Tetap (Fixed Cost = FC)
2. Biaya
Variabel (Variable Cost = VC)
3. Biaya
Total (Total Cost = TC)
4. Biaya
Tetap Rata – rata (Average Fixed Cost = AFC)
5. Biaya
Variabel Rata – rata (Average Variable Cost = AVC)
6. Biaya
Total Rata – rata (Average Total Cost = Average Cost = AC)
7. Biaya
Marginal (Marginal Cost = MC)
Contoh
persoalan :
Bila
diketahui suatu perusahaan memiliki struktur modal tetap adalah sebesar Rp.
1juta dan biaya produksi / unit Rp.1500. bila misalkan jumlah produksi adalah
sebanyak 1000 unit dengan harga jual Rp. 1600 / unit, tentukanlah berapa besar
tingkat keuntungan perusahaan tersebut. Bila misalkan jumlah produksi sebanyak
1000 dan 11000, jumlah produksi impas sebanyak 10000, harga jual / unit Rp.
1600 dan biaya produksi / unit Rp. 1500, maka besarnya keuntungan adalah :
n = (Q – Qbep)(P – v)
nQ=1000
= (1000 – 10.000)(1600 – 1500)
n
= (-9000)(100) = -900.000 – rugi
untuk
– Q = 11.000
nQ=11.000
= (11.000 – 10.000)(1600 – 1500)
n
= (1000)(100) = 100.000 – untung.
DAFTAR PUSTAKA
Economics Pengantar Mikro dan
Makro, Mitra Wacana Media, Jakarta 2007, Iskandar Putong
Iskandar Putong ( Ekonomi Mikro )
Bimbingan dan konsultasi belajar
Nurul Fikri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar